6 tahun tinggal di Sulawesi Utara, belum pernah sempat menghadiri festival tahunan yang digelar di Selat Lembeh. Selalu pas ada aja kesibukan lainnya. Harusnya sih, waktu berkunjung ke Pulau Lembeh yang tepat itu ya pas ada event tahunan Festival Pesona Selat Lembeh.
Tapi nggak papa. Rasa penasaranku terbayar sudah. Akhirnya, setelah 6 tahun aku bisa menginjakkan kaki di Pulau yang penuh pesona itu. Alhamdulillah …
Menuju ke Pulau Lembeh
Dari kota Bitung, perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan penumpang. Letaknya nggak jauh dari pintu keluar jalan Tol Manado-Bitung. Retribusi boarding pass di pelabuhannya sebesar 6 ribu rupiah untuk sepeda motor.
Pengunjung bisa menaiki kapal Feri buat menyeberangi selat Lembeh. Ada biaya tambahan sebesar 20 ribu rupiah per-sepeda motor. Tapi, pengunjung harus bersedia menunggu agak lama sebelum menyeberang pakai KMP Tude. Kalau pagi, biasanya kapal feri mulai berlayar sekitar jam 10 waktu setempat.
Sebenarnya, ada opsi lain buat menuju ke Pulau Lembeh. Tepat di sisi lain pelabuhan, banyak banget juga taksi perahu/ perahu motor yang tersedia. Bahkan berhamburan setiap pagi dan sore di hari kerja. Karena banyak banget juga warga Pulau Lembeh yang harus menyeberangi selat buat bekerja atau bersekolah di Bitung.
Kalau mau cepat berangkat dan selalu tersedia dari pagi sampai malam, saran aku pilih pakai perahu motor aja. Tarif per-orang plus biaya masuk cuma 10 ribu rupiah saja. Tambah 5 ribu rupiah kalau bawa sepeda motor sekalian, ya.
Karena menurut informasinya, kapal Feri penyeberangan ke Pulau Lembeh cuma beroperasi dari jam 10 sampai jam 5 sore. Itu pun nggak menentu. Sementara perahu motor selalu tersedia setiap harinya sampai jam 10 malam.
Pesona Pulau Lembeh
Jauh-jauh menyeberangi selat, emangnya ada apa sih di Pulau Lembeh? Sebelum kapal benar-benar bersandar di dermaga Pulau Lembeh, mataku sudah tertuju sama satu bangunan yang menjulang tinggi mirip menara. Bagi yang senang berwisata sejarah, cocok banget mengunjungi tempat ini.Selain Tugu Trikora yang ikonik di Lembeh, ada juga monumen patung Yesus setinggi 31 meter. Sayangnya, baru-baru ini ada kerusakan di beberapa bagian patung yang juga jadi daya tarik wisata di Pulau Lembeh itu.
Wisata alam di Pulau Lembeh juga mulai berkembang dan semakin diprioritaskan. Karena Sulawesi Utara nggak cuma punya Taman Laut Bunaken, Gaes. Tapi banyak banget spot-spot keindahan alam lainnya, terutama wisata bawah lautnya.
Menurut situs Celebes.co, banyak titik selam yang menarik di selat Lembeh, dihuni oleh sekitar 300 famili binatang bawah laut dan puluhan ribu spesies di dalamnya. Nggak heran dong kalau pesonanya mulai diminati banyak wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Buat mengunjungi spot-spot selam ini, pengunjung bisa menyewa kapal-kapal nelayan, dengan harga rata-rata dimulai dari 200 sampai 300 ribu rupiah, tergantung negosiasi.
Selain wisata bawah laut, ada hutan mangrove dan pantai juga dong pastinya. Ada pantai Kahona Pasir Panjang, Blessing Beach, Desa Wisata Pintu kota Kecil, dan masih banyak lagi. Karena semakin membludaknya wisatawan yang datang, Pulau Lembeh juga semakin berbenah dan menyediakan berbagai resort dan fasilitas penunjang wisata lainnya.
Petualangan Sehari di Pulau Lembeh
Aku memulai perjalanan dengan sepeda motor menyusuri Pulau Lembeh bagian Selatan. Cuma berbekal google maps tanpa menentukan itinerary sebelumnya. Jadi, memang nggak ada tujuan pasti yang mau aku datangi. Random aja.Walaupun cuaca lagi terik banget waktu itu, tapi nggak bikin semangat buat berkeliling Pulau Lembeh jadi menciut. Karena memang ketemu banyak tempat seru juga, sih.
Mengikuti rute google maps menuju pantai, rupanya aku memilih jalan yang agak ekstrim. Melewati hutan-hutan lebat yang jarang banget dilewatin orang, bahkan nggak ada berpapasan sama sekali sama orang lain waktu itu. Rumput-rumputnya sudah hampir menutup jalur. Dan ada beberapa titik pohon yang tumbang.
Benar-benar memasuki hutan yang jalannya naik turun berliku-liku. Sangat tidak disarankan, ya. Tapi, Alhamdulillah Allah masih selalu jaga di setiap perjalananku.
Keluar dari hutan-hutan lebat, aku memutuskan buat mampir ke Masjid dulu buat menuntaskan kewajiban sholat dzuhur. Karena matahari juga sudah semakin terik. Setelah itu, barulah perjalanan dilanjutkan lagi menuju Desa Wisata Pintu Kota Kecil, Pulau Lembeh bagian Utara.
Nah, sesampainya di Desa Wisata Pintu Kota Kecil, aku cari tempat yang nyaman buat mengisi perut dulu alias makan siang. Menyantap nasi bungkus yang dibeli pagi harinya. Kenapa bawa-bawa bekal? Karena menghindari kesulitan mencari tempat makan halal.
Walaupun sebenarnya pasti ada juga kok warung-warung muslim di Pulau Lembeh. Tapi, lebih seru kalau randomly mampir di area wisata trus makan bekal yang sudah dibawa. Lebih kerasa pikniknya, kan.
Oh ya, entah karena waktu itu aku datang di saat yang kurang tepat atau gimana, tapi sayang banget, tempat yang kami datangi pun sepi dan terkesan kurang terawat. Cuma ada dermaga kecil penyeberangan warga ke Bitung. Dan beberapa perahu nelayan yang masih bersandar di pesisir.
Setelah makan, perjalanan mencari pantai yang "nyaman" kembali dimulai. Ada titik pantai yang menarik, tapi lagi-lagi nggak ketemu akses masuknya. Ada sih jalan setapak yang agak menyeramkan buat dicoba-coba. Mengingat kejadian di hutan ekstrim sebelumnya, jadi aku memilih buat nggak mencoba lagi.
Kebanyakan pantai yang ingin aku tuju ternyata sekalian akses ke resort dan bisa dicapai dengan menggunakan perahu. Pantes aja.
Walaupun gitu, aku tetap bisa menikmati perjalanan dan petualangan di Pulau Lembeh hari itu. Karena, kapan lagi bisa nyasar dengan pengalaman yang seru. Apalagi, ada beberapa titik random yang pemandangannya nggak kalah menarik.
Ayo ke Pulau Lembeh
Nggak bisa dipungkiri, Pulau Lembeh juga punya banyak pesona yang nggak kalah menariknya dari wisata alam yang lebih dulu terkenal di Sulawesi Utara. Walaupun pengelolaannya masih harus banyak berbenah lagi, tapi memang potensinya sangat menjanjikan. Dan semakin berkembang jadi lebih baik.
Demi mendukung upaya kebangkitan kearifan lokal kota Bitung, terutama Pulau Lembeh, maka diadakan agenda Festival Pesona Selat Lembeh setiap tahunnya. Berawal dari pesta rakyat yang merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil laut yang melimpah di Kota Bitung, kini justru jadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Apalagi dikemas dengan konsep festival. Sayang banget sih kalau harus dilewatin lagi.
Jadi, kapan kamu mau ke Bitung dan Pulau Lembeh?
Post a Comment
Post a Comment