Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahilhamd.
Gema takbir yang dulu sering aku dengar, sudah lima tahun belakangan ini sangat sulit kudapati. Maklumlah, saat ini aku tinggal berbarengan sama saudara-saudara non Muslim. Yang artinya, sangat jarang terdengar suara azan apalagi takbir hari-hari raya gini.
Walau begitu, aku masih bisa menjalankan ibadah salat Ied bersama saudara Muslim yang lainnya di tempat yang lumayan berjarak dari tempat tinggalku sekarang. Yaaa, nggak papa. Masih bisa dijangkau. Hehe.
Banyak hikmah dari perantauan kami di sini. Tentunya, banyak juga dong hal-hal yang kurang mengasyikkannya. Ini semua pasti berjalan berdampingan ya, Gaes!
Nah, kayak hari raya Idul Fitri yang lalu. Idul Adha tahun ini pun kami nggak mendengar sama sekali gema takbir dari rumah. Selain bisa mendengarkannya melalui siaran tv atau internet ya tentunya. Suasananya pun jelas terasa berbeda. Tak ada nuansa-nuansa lebaran di sini.
Hal ini juga yang membuat aku agak kesulitan mengenalkan hari-hari besar pada anak-anak. Meski sudah menjalani puasa tahun ini dan berlebaran sama-sama, tapi Mas Khalfan belum benar-benar memahami arti Idul Fitri dan Idul Adha yang dia jalani sekarang. Kami pun sebagai orang tua belum bisa menghadirkan nuansa Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha yang sama seperti yang kami dapatkan sewaktu kecil.
Ya, lagi-lagi karena kami tinggal di lingkungan yang mayoritas memeluk agama lain. Nah, meski demikian, aku tetap berusaha mengenalkan perlahan-lahan tentang hal tersebut sama anak-anak. Terutama sama Mas Khalfan yang sudah mulai lebih mengerti.
Beberapa Cara Mengenalkan Idul Adha pada Anak
Membaca Buku atau Menonton Video
Sebisa mungkin, aku mencoba mengenalkannya dengan cara yang menyenangkan. Misalnya dengan cara membaca buku cerita. Karena ketertarikannya membaca, buku jadi sarana yang cukup efisien buat aku mengenalkan makna Idul Adha.Selain itu, pastinya disertai juga sama penjelasan-penjelasan singkat dan sederhana dari bapak atau ibunya. Dimulai dari kisah-kisah dibalik hari Idul Adha. Mengenalkannya kembali pada sosok Nabi Ibrahim serta Nabi Ismail. Hingga terciptanya hari yang diperingati sebagai Hari Raya Idul Adha.
Biasanya, kami juga menyertai penjelasan itu dengan beberapa video pendek yang masih terkait. Tentunya dengan tetap didampingi. Setelah itu, kami kembali mengajaknya mengurutkan nama-nama bulan dalam kalender Hijriah. Dan menjelaskan kembali bahwa Idul Adha akan dirayakan setiap tahun di bulan Dzulhijah.
Bermain Peran
Setelah selesai dengan penjelasan mengapa dan kapan terjadinya Idul Adha, kami mulai bermain peran saat berhaji. Karena di sekolah Mas Khal juga sudah pernah melakukan kegiatan manasik haji kecil, bermain peran di sini jadi lebih mudah.Aku cuma akan menjelaskan kembali tentang rukun Islam kelima itu sebagai bagian dari peringatan perjalanan Nabi Ibrahim menuju ke Kota Mekkah untuk menyembelih Ismail.
Bermain peran ini bisa lebih disesuaikan sama kegemaran si anak juga, Mom. Biar lebih seru! Di sini, Mas Khal sangat antusias memerankan seorang pemuda yang akan berangkat berhaji dengan menggunakan pesawat.
Belajar Menabung
Mengenalkan Idul Adha tak terlepas pula dari penjelasan mengenai berkurban. Nah, dari situ kami mulai membiasakannya buat belajar menabung khusus untuk tujuan berkurban. Dengan harapan, nantinya dia akan terbiasa menyisihkan sebagian rezekinya khusus untuk berbagi.Mengajaknya Salat Ied Bersama
Ini pastinya, sih. Sebenarnya sudah sejak dulu Mas Khal selalu diajak ikut salat Ied. Tapi baru di tahun ini, dia mulai bisa mengerti dan menerima penjelasan yang lebih mendalam tentang salat hari raya ini.Sejauh ini, Mas Khal belum pernah melihat momen penyembelihan hewan kurban secara langsung. Karena memang agak jauh dari rumah kami. Alhasil, momen hari Raya Idul Adha-nya hanya sampai salat Ied bersama saja. Masya Allah.
Semoga dengan cara-cara sederhana yang sudah kami lakukan ini bisa membuat anak-anak lebih memahami makna Idul Adha dan berkurban itu sendiri.
Post a Comment
Post a Comment