banner

Tes Ombak Naskah Binar di Blog Pribadi. Lanjut Nggak?

11 comments

Tes Ombak


Halo halo teman sesudut. Pagi ini aku lagi semangat banget nih buat mengejar ketertinggalan aku dalam menulis. Aku pengin tuntasin janji buat suguhin naskah Binar yang dulu pernah aku bahas. Baru kali ini aku dapet semangatnya lagi.

Kemarin-kemarin mood aku buat menulis di blog masih naik turun banget. Tapi nggak papa, sambil belajar sambil jalan. Insya Allah ada masanya nanti aku nggak nyaman ninggalin blog ini kelamaan tanpa kabar, ya kaaan.

Nah, balik lagi soal naskah Binar, ada yang masih ingat nggak, sih? Kan aku berniat buat angkut kisah itu ke blog, ya. Cuma, sejauh ini aku tuh masih memikirkan gimana caranya aku bisa bawa naskah itu ke sini, tapi dengan tetap menerapkan kaidah SEO dalam tulisan.

Cuma kok, lama-lama mikirin aku jadi merasa makin buntu. Overthinking banget akutuh. Haha. Padahal tinggal tulisin dengan nerapin ilmu yang sudah-sudah, kan, Dew? Tapi ya gitu lah. Kalau cuma dipikirin mulu nggak jalan-jalan. Harus dipaksa bergerak!

Naskah Binar yang Berubah Judul


Naskah Binar


Oke, gaes. Jadi, awal mula terciptanya naskah Binar ini kan bermula dari niat skripsi. Tapi nggak terwujud karena kekurangan sumber yang bisa aku dapat, dan berakhir jadi naskah wattpad buat sebuah event.

Nah, sekarang Insya Allah akan aku lanjutin di blog pribadi secara rutin, dengan judul yang baru, yang menurut aku bisa lebih mempresentasikan kisahnya. Jadi, judul yang aku angkat kali ini adalah "Cempaka dan Kawat Berduri Ianjo".

Mungkin naskah ini emang sudah lebih klop sama judul awal, ya. Tapi entah kenapa aku kepikiran buat membuat naskah Binar ini lebih fresh dengan tampilan baru.

Jadi, mari kita perkenalkan naskah Binar dalam versi terbaru, yaitu Cempaka. Please welcome, bab awalnya langsung, yuk!


Cempaka dan Kawat Berduri Ianjo Episode 1

Pabrik Sirop


Surabaya, 1942.

"Cempakaaa. Jangan nekat!" teriak Yati dan Sekar yang sama-sama berdiri tepat di sebelah pagar besi yang mengelilingi sebuah gedung tua dengan warna putih terang.

Gadis berusia 13 tahun bernama Cempaka itu tak menggubris, kaki-kaki kecilnya sudah berhasil memanjat separuh pagar besi, demi bisa masuk ke dalam pabrik.

"Untuk apa kamu nekat masuk ke dalam sana? Berbahaya!" ujar Sekar ikut menahan aksi nekat sahabatnya.

Tangan Yati dan Sekar mencengkram kuat kaki-kaki kecil Cempaka yang hampir saja berhasil melakukan aksinya.

GUK GUK GUK!

Gonggongan anjing kecil berwarna coklat yang muncul tiba-tiba di sisi pagar sebelahnya, tak mampu menghentikan niat Cempaka untuk tetap memanjat. Dengan keberanian yang tinggi, Cempaka berusaha mengusir anjing kecil itu dengan sebelah tangannya.

GUK GUK GUK!

Tak tanggung-tanggung, kali ini ada tiga anjing hitam besar yang menyusul dan melompat-lompat dari arah dalam, tepat di hadapan Cempaka, seolah ingin menerkam mangsanya. Alhasil membuat nyali gadis dengan surai hitam panjang itu sedikit menciut.

Dengan perasaan kesal, Cempaka lalu berpaling menghadap kedua kawannya, lantas melompat jatuh ke bawah.

Tak pelak, jatuhnya meninggalkan sebuah luka di kedua lengan yang ia gunakan untuk menahan agar tidak jatuh dengan posisi wajah atau kepala terlebih dahulu.

Sekar dan Yati segera membantunya berdiri.

Gonggongan anjing penjaga pabrik masih menggema, membuat Yati dan Sekar semakin panik menarik lengan Cempaka untuk segera menjauh dari pabrik tersebut.

Setelah agak jauh dan merasa cukup aman, barulah Yati dan Sekar melepaskan genggaman tangan keduanya dari Cempaka yang berusaha memberontak sejak tadi.

"Laopo sih, Koen? (ngapain sih, kamu?)" tanya Yati dengan napas terengah-engah.

"Loh sudah tahu, kan? Aku penasaran dengan pembuatan sirop di dalam sana. Aku pengin nyicipi," jawab Cempaka cuek. Ia lalu membersihkan kedua sikunya dari debu-debu yang menempel pada lukanya sambil meringis, menahan perih.

"Nggak usah nekat gitu. Malah bahaya, bisa-bisa nyawamu jadi taruhannya!" marah Yati, wanita bertubuh gempal dengan mata besar dan bulat.

"Sejak dulu, meski rumahku di belakang pabrik itu, tapi sampai sekarang belum pernah aku nikmatin manisnya sirop olahan bangsaku sendiri."

"Yang penasaran itu bukan cuma kamu, Cempaka. Tapi kamu tahu sendiri, kan, siapa pun yang mendekat apalagi nekat masuk ke dalam, bisa bahaya," marah Yati lagi yang merasa benar-benar khawatir akan kenekatan sahabatnya.

"Apalagi sekarang gedung itu sudah dikuasai sama tentara-tentara kulit putih," sambung Yati, duduk di sebelah kedua kawannya.

"Sudah-sudah. Ojo (jangan) berantem. Koen (kamu), kalau mau masuk ke sana pakai otak. Jangan cuma modal nekat, tapi malah membahayakan diri sendiri," sahut Sekar menengahi sembari menyusul duduk.

Cempaka mendengus kasar, "sakit iki lho, (sakit ini loh), malah dimarah-marahi," sahutnya sembari memamerkan luka di kedua sikunya.

Kedua kawannya tak kuasa menahan tawa.

"Sombong, Koen. Baru lihat anjing saja sudah melempem," celetuk Yati sembari menahan tawanya.

"Modal nekat." Sekar menyahuti.

Seraya ikut duduk di antara kedua kawannya, Cempaka berujar, "kalau aku berhasil masuk, kalian juga pasti pengin nyicipi, kan?" ketus Cempaka dengan yakin.

"Jelas," sahut keduanya bersamaan.

Gelak tawa kini kembali menghiasi ketiga karib tersebut. Obrolan tentang obsesi ketiganya mencicipi air manis olahan tangan rakyat pribumi, masih menjadi topik favorit. Dan jawaban dari rasa penasaran ketiga gadis belia itu berada di dalam gedung tua. Di dalam setiap air berwarna-warni yang diolah di dalam sana, pabrik pengolahan sirop.

Sejak berdiri dengan megah di tahun 1923, sirop yang mereka produksi memang hanya bisa dikonsumsi oleh para saudagar atau relasi bisnis bangsa Belanda saja, tidak bagi rakyat pribumi seperti ketiganya.

Bau-bauan manis yang menguar di udara setiap harinya, menciptakan rasa penasaran yang kuat dan mengakar di benak Cempaka. Sudah tertanam keinginan yang kuat dalam hatinya sejak dulu, untuk bisa mencicipi rasa manis sirop itu. Namun begitu sulit untuk terwujud.

"Jadi, menurut kalian apa benar orang-orang Jepang ini lebih baik dibanding Londo?" Cempaka mengajukan pertanyaan yang seolah masih mengganjal di hatinya.

Saat ini, pabrik telah dikuasai oleh para tentara Jepang. Tepat setelah kedatangannya yang cukup menguntungkan bagi sebagian besar bangsa pribumi, karena dianggap berhasil mengusir penjajah Belanda dari negeri ini. Setelah sekian lamanya para Londo itu berkuasa, dalam waktu yang singkat kedatangan bangsa Jepang mampu memukul mundur semuanya.

"Ya mungkin saja. Kata orang-orang begitu." Yati menjawab yakin.

"Aku nggak yakin," ujar Cempaka.

"Koen (kamu) kan memang suka cari gara-gara, Ka. Selalu nggak sejalan sama kebanyakan orang." Sekar tak mau kalah. Gadis dengan potongan rambut belah tengah berkepang dua itu menyahuti sembari tersenyum.

Cempaka balas tersenyum, namun dengan menatap sinis ke arah gedung putih yang menjulang tinggi di depannya.

"Masa iya, ada orang baik yang datang dengan banyak sekali ledakan di mana-mana?" tanya Cempaka lagi, pandangannya kosong, seolah sedang mengurai saat-saat itu terjadi beberapa waktu silam.

"Heh! Mikirin opo (apa) sih Koen (kamu)?" panggil Yati mengejutkan Cempaka.

"Ngelamun aja. Koen mau melawan Jepang, tah?" Sekar menyahuti. Kedua karibnya itu tertawa, lebih tepatnya menertawakan tingkah Cempaka yang seolah menentang kehadiran bangsa kulit putih itu.

"Kalau aku bisa melawan, kenapa harus mau dijajah?" sahut Cempaka yakin. Gadis itu beranjak meninggalkan kedua sahabatnya yang saling memandang satu sama lain.

Penutup

Nah! Segitu dulu ya, gaes. Gimana menurut kalian? Cukup menarik nggak buat dilanjutkan? Atau ada saran dan kritik lainnya juga boleh banget loh di-spill di komentar.

Aku butuh kritik yang membangun. Kalau misalnya spoiler episode satu ini cukup menarik view-nya, aku pasti lanjutin lagi, deh! Janji. Btw, tolong koreksi penggunaan bahasa Jawanya juga, dong, gaes.

Kasih masukan kalian, ya soal naskah Binar yang berubah wujud ini. Lanjutin Cempaka dan kawan-kawannya kapan enaknya?
halodwyta
Halo, aku Dewi Yulia. Suka jalan-jalan, sambil review makanan dan tempat-tempat seru lainnya.

Related Posts

11 comments

  1. Ijin memberikan saran ya (btw, saya sudah lama sekali tidak pernah lagi bikin cerpen), mungkin latar situasi bisa ditambahkan dalam dialog, misalnya duduk di rumput dengan latar gedung tua dengan sulur tanaman liar merambati pipa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, ini.. Aku harus lbh banyak belajar tentang showing ya mba, ya. Hihi. Btw, makasih banyak masukannya. Buat aku evaluasi lg 🥰🥰

      Delete
  2. Lanjut Mbak. Mau ditambahin di keterangan awalnya aja. Genre sama blurb. Dikasih epilog juga oke. Saya ada wattpad juga. Tapi dah lama banget nggak ditengok. Cuma cerpen pas ikut kelas. Dah banyak lupa cara nulis fiksi

    ReplyDelete
  3. Lanjutin mbak, ceritanya menarik. Jadi ikut penasaran rasa kecapnya gimana, hahaha. Cempaka ini agak ngeyel yaa, gemes tapi 😂

    ReplyDelete
  4. Ceritanya menarik, harus dilanjutkan segera. Penasaran dengan hasil kenekatan Cempaka ini jadinya...

    ReplyDelete
  5. Ini para tokoh arema ya? Kok aku ngerasa kayak denger Teman-teman ku yang ngobrol. Cuma mereka bahasa Jawanya lebih banyak. Lanjutkan mbak. So far nyambungin cepen dengan SEO itu butuh effort lho.

    ReplyDelete
  6. Ide cerita sederhana, tapi menarik banget buat dibaca.
    Sedikit saran, setiap kalimat langsung, selalu diawali huruf besar, meskipun ada di tengah kalimat.
    Sama penggunaan bahasa daerah, terlalui sedikit menurut saya.
    Lanjutkan! 💪🏻

    ReplyDelete
  7. menarik kok mbak ceritanya, bahasa Jawa yang dipakai ga banyak kok, bisa juga ditambah
    biasanya artinya diletakkan di bawah sebagai catatan kaki
    saya belum menemukan cara nyambungin cerita sama teknik SEO mbak, mentoknya masih pakai internal link aja
    saya juga nulis cerita di blog, sebagai hiburan aja sih hehe

    ReplyDelete
  8. Latarnya menarik sekali. Dulu pengen juga nulis cerita dg latar sejarah. Tapi, malah banyak overthinkingnya takut mrlenceng dsrit sejarah hehe

    ReplyDelete
  9. Curiga nih mau dibikin buku solo atau novel gitu hihi. Aku pas baca dialog "koen" auto ngerti deh latarnya dimana. Lanjut terus kak, ^^

    ReplyDelete
  10. Lanjut mba... Penasaran aku. Apalagi latar jaman jadul gini kan butuh riset juga ya. Segera updatenya mba 😁

    ReplyDelete

Post a Comment