banner

Berkenalan dengan Indahnya Gunung Mahawu. Ada Prajurit Perang di Puncak!

1 comment


Indahnya Mahawu


Assalamualaikum..
Semoga masih pada betah di sini ya, gaes.

Hari ini aku pengin cerita tentang indahnya gunung Mahawu yang ada di Sulawesi Utara. Sebenarnya sudah agak lama sih aku ke sananya. Tapi pengin aku tuliskan di sini biar bisa jadi catatan sejarah.

Iya, tujuan aku ngeblog kan juga buat jadi tempat di mana aku bisa mencatatkan kisah perjalananku, yang nantinya bisa dibaca-baca lagi sebagai pengingat bahwa aku pernah ke sana. Bahwa ada cerita yang telah terukir di sana.

Yap, begitulah. Simak dulu aja, yuk, cerita pendakian ala-alanya. Eh, kok ala-ala? Ya udah cerita dulu aja. Cuss!

Gunung Mahawu


Welcome Mahawu


Gunung Mahawu ini adalah gunung berapi stratovolcano yang secara administratif terletak di Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Gunung ini adalah salah satu gunung yang masih aman lah buat didaki sambil gendong anak, gaes.

Secara sekarang kan kalau ke mana-mana sudah ada rombongannya. Nggak boleh ketinggalan. Sambil mengenalkan keindahan alam ke anak, sekalian cari penyegaran di tengah penatnya kehidupan. Buat ibu bapaknya. Hihi.

Gunung ini ketinggiannya cuma 1,311 mdpl, dan cuma butuh mendaki sekitar 10-20 menit aja, kok, sampai puncaknya. Eh beneran? Kok bisa?

Tenang, gaes, tempat parkir terakhir sebelum mulai mendaki sudah berada di ketinggian 1200 meter. Setelahnya, sudah ada 150 anak tangga yang siap kita daki buat sampai ke atas. Ya, lumayan, laaah.

Dari kota Tondano sendiri cuma butuh waktu kurang lebih 30 menit buat sampai di Gunung Mahawu. Dari Tondano, melalui jalan Rurukan, dilanjutkan menuju jalan Gunung Mahawu terus ke tempat parkir dan gerbang pendakian awal, deh.

Nah, sesampainya di tempat parkir, kita bakalan menemukan banyak banget bis-bis wisata yang membawa turis, lokal maupun asing. Ramai, gaes! Karena memang gunung Mahawu ini adalah salah satu gunung tujuan wisata yang ada di Sulawesi Utara.

Sebelum mulai mendaki, ada biaya retribusi yang harus kita bayar di pos khusus. Lebih tepatnya sih cuma biaya parkir, gaes. Belum ada biaya retribusi khusus pendakian yang ditetapkan di sana. Cuma perlu bayar RP. 5000 /motor. Setelahnya, siap-siap mendaki, deh!

Bertemu Prajurit Perang di Puncak

Bertemu prajurit


Setelah mendaki kurang lebih 150 anak tangga, kita akan sampai di puncak. Sebuah bangunan gardu pandang satu lantai dengan rooftop. Dari lantai satu gardu pandangnya, kita bisa melihat pemandangan bibir kawah gunung Mahawu. Siap-siap sama bau belerang yang cukup menyengat ya, gaes!

Tapi, itu semua nggak bakalan menyurutkan semangat kita sih buat foto-foto atau sekadar menikmati indahnya pemandangan di atas sana. Jangan lupa juga buat bawa minum atau makanan sendiri dari rumah ya, gaes. Karena nggak ada yang jual di atas sana.

Nah, kalau udah bawa-bawa makanan dan minuman dari bawah, jangan lupa juga sampahnya dibawa turun. Karena gunung bukan tempat sampah ya, gaes, ya. Sedih kan kalau pemandangan yang tadinya cantik malah harus berkurang keindahannya karena banyak sampah.

Di atas puncak Mahawu, kalau lagi cerah kita bisa melihat pemandangan gunung Lokon yang berada tepat di seberang gunung Mahawu. Kapan-kapan yaa kita bahas si Lokon. Tunggu ke sana dulu.

Buat kalian yang merasa kurang dapet feel mendakinya di awal tadi, bisa lanjutin trekking mengelilingi kawah Mahawu. Butuh waktu sekitar satu jam, dengan kontur bervariasi naik turun buat bisa mengelilingi kawah Mahawu itu tadi. Kalau beruntung, kita bisa ketemu sama beberapa burung endemik Sulawesi di sepanjang jalur.

Tapi buat yang memilih stay di gardu pandang saja, coba deh naik lagi ke rooftop-nya. Cuma tinggal naik tangga sedikit lagi aja. Trus jangan kaget kalau di atas sana kita bakalan ketemu sama prajurit perang dengan baju Kabasaran khas Minahasa.

Waktu aku ke sana, cuma tersisa satu prajurit, gaes. Di sini kita bisa foto-foto bareng sama dia dengan tarif jasa sukarela. Nggak jarang juga mereka menyediakan burung hantu (manguni) untuk dijadikan teman berfoto buat wisatawan.

For your information, burung manguni ini dianggap suci bagi warga Minahasa karena dipercaya memiliki kekuatan magis.

Oh iya, gaes, kalau sudah di rooftop-nya ini, kalau lagi hoki kita bisa menikmati pemandangan pulau Manado Tua, Bunaken, dan pulau-pulau di sekitarnya yang seperti terapung di laut Sulawesi. Keren banget, kan, gaes?

Cuma dengan mendaki 150 anak tangga aja, kita bisa dapet bonus pemandangan yang menyejukkan mata dan jiwa. Dengan catatan, cuaca lagi bersahabat. Jadi kalau ke sana, memang ada baiknya kalau bawa kamera yang memadai, biar puas foto-fotonya. Hehe.

Penutup

Buat aku dan keluarga kecilku, mendaki memang menjadi salah satu cara healing yang terfavorit. Walaupun lelah, apalagi sekarang mendakinya juga harus bawa anak-anak, tapi setidaknya kami bisa memanfaatkan kebersamaan itu buat semakin menguatkan kerja sama tim dan komunikasi kami di dalam keluarga.

Semenjak tinggal di Tondano, gunung Mahawu memang sudah masuk ke dalam daftar pendakian yang mau kami tuju. Mengingat gunung ini merupakan gunung yang masih terbilang aman.
Bukan seberapa jauh dan tinggi gunung yang dituju. Tapi seberapa kuat kami bertahan dalam kebersamaan untuk mencapai tujuan yang sudah kami tentukan. Terkhusus buat aku dan suami sebagai pasangan.
Jadi, siap-siap tunggu postinganku tentang pendakian-pendakian selanjutnya, ya. Tapi nggak akan bisa sesering dulu karena kesibukan di dunia nyata. Haha. Alesan.

Dah, dah…
Jadi, sudah ada yang tertarik pengin menikmati indahnya gunung Mahawu belum gegara postingan ini? Kalau iya aku ikut.
halodwyta
Halo, aku Dewi Yulia. Suka jalan-jalan, sambil review makanan dan tempat-tempat seru lainnya.

Related Posts

1 comment

  1. Aku juga pengen ngajak anak naik gunung kayaknya seru. Tp ya jangan yang tinggi² dan medanya masih aman

    ReplyDelete

Post a Comment