banner

Diana Shinta - Harus Dipaksa dan Jangan Ditunda!

20 comments
Assalamualaikum, teman sesudut. Siapa sih di sini yang sukanya menunda-nunda pekerjaan? Keasyikan scrolling media sosial, ujung-ujungnya kerjaan jadi menumpuk. Kalau katanya Diana Shinta nih, ya, niat insun dipekso… Harus dipaksa dan jangan ditunda!

Diana Shinta
Source : Edited By Canva



Oke, jadi itu tadi kalimat yang aku notice dari salah satu artikel di blognya Dek Shinta. Diawali dari tugas terbaru blogspedia coaching, aku secara acak memilih Diana Shinta sebagai partner wawancaraku. Tapi aku rasa, emang jodoh, sih. Karena saat tau sedikit tentang profil Dek Shinta ini, aku merasa ada beberapa kesamaan antara aku dan dia. Tentunya nggak sama di angka usia, ya. Aku usianya udah agak banyak.

  

Jadi, siapa sih Dek Shinta ini?

Kenalan Sama Diana Shinta, Yuk!



Diana Shinta
Source : Dokumen Pribadi Diana Shinta

Namanya Diana Shinta, biasa dipanggil Shinta, jangan lupa pake SH! SHINTA. Iya, aku harus menyampaikan sesuai dengan apa yang dia sampaikan di sesi wawancara kemarin malam. Dek Shinta menegaskan harus ada penggunaan huruf S dan H di dalam namanya.

Wanita kelahiran Purwodadi ini merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dan merupakan satu-satunya perempuan di antara kedua saudaranya. Selain punya hobi menulis, Dek Shinta juga suka memasak. Insya Allah, sudah paket komplit lah buat jadi calon istri dan ibu masa depan. Hehe.

Kesibukannya Apa, nih?


Saat ini, Dek Shinta sedang sibuk menimba ilmu di bangku perkuliahan semester 6, di jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir, IAIN Salatiga. Selain jadi mahasiswa, Dek Shinta juga menjalani kehidupan masa mudanya sebagai santri di salah satu pondok pesantren, masih di kota Salatiga.

Dek Shinta memilih kuliah di jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir bertujuan buat melanjutkan hafalan Al Quran semasa SMA-nya. 
"Biar masih sejalur juga sama ilmu yang sudah dipelajari di sekolah."

Dan, saat aku tanya apa susah senangnya belajar di jurusan itu, dia dengan polosnya menjawab bahwa dirinya sering merasa insecure sama teman-temannya yang udah lebih dulu khatam hafalan Qurannya. Masya Allah, Tabarakallah.

Ini semacam sentilan bagi diriku sendiri, sih. Kalau seorang Diana Shinta yang semasa mudanya aja udah disibukkan sama hafalan Al Quran, hafalan kamu udah sampai mana, Dew?

Oke kita lanjutkan.
Nggak cuma jadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang), dia juga aktif dalam organisasi majalah kampus. Nggak jauh-jauh lah dari hobi menulis dan membacanya. Karena dia memiliki niat untuk memajukan literasi masa kini. Dimulai dari diri sendiri.



Diana Shinta
Source : Dokumen Pribadi - Diana Shinta



Tentang Blogging


Di sela-sela kesibukannya yang segudang, Dek Shinta juga masih menyempatkan diri buat belajar ngeblog, loh.

Sejak awal aku ngintipin blog-nya aja, aku udah terenyuh sama deskripsi blog di mana dia berniat mengisi masa mudanya dengan berdakwah, melalui tulisan-tulisannya di blog tentunya. Sebuah niat baik yang harus kita dukung, arahkan dan fasilitasi sebagai orang yang lebih agak tua. Ya nggak, sih?

- Judul Blog

Diana's Journey dipilih sebagai judul blognya Dek Shinta, yang diharapkan bisa jadi wadah bagi dirinya buat merekam segala kisah perjalanan kehidupannya. Seperti arti kata journey sendiri yaitu perjalanan.

Blog ini dibuat waktu Dek Shinta memulai perjalanannya merantau ke Salatiga buat menuntut ilmu. Dengan tagline merajut kisah bermakna, dia mengharapkan kisah-kisah yang dia rajut di dalam blognya akan bermanfaat dan bermakna bagi para pembacanya.

- Alasan ngeblog

Menurut Dek Shinta, sebagai mahasiswa tak jauh dari dua hal, yaitu membaca dan menulis. Dengan menulis di blog, dia sudah bisa menyalurkan hobi menulisnya tanpa harus menunggu proses seleksi. Alias lebih bebas. Siapa yang bisa nolak tulisan kamu sendiri?

Seperti yang aku singgung dikit di artikelku tentang alasan ngeblog, ikatlah ilmu dengan tulisan. Dek Shinta ini juga sudah membangun mindset bahwa blog akan jadi sarananya dalam berdakwah. Sehingga dia berniat buat mengikat ilmu yang dia dapat di dalam tulisan.

Dia berharap bisa membagikan manfaat bagi para pembacanya, meski hanya secuil. Tapi dengan niat yang baik, Insya Allah juga akan berjalan dengan baik.

Blog ini juga jadi wadah bagi Dek Shinta buat mengabadikan sejarah perjalanan hidupnya. Dimulai sejak dia merantau ke Salatiga. Kalau dulu, sebelum kenal blog, dia lebih suka menuliskan segala kisahnya di dalam sebuah buku catatan, sekarang dia merasa semakin dimudahkan karena adanya blog.


- Mengatur Waktu Ngeblog

Kira-kira tadi udah kebayang, kan, gimana kesibukannya Dek Shinta setiap hari? Lalu gimana sih cara dia mengelola waktu buat tetap ngeblog?

Ini sedikit bocorannya.

Pertama-tama menurut Dek Shinta, kita harus membangun motivasi diri dan lakukan perubahan. Menurutnya, agar bisa mengatur waktu secara efektif, harus ada motivasi yang kuat dulu dari dalam diri sendiri.

"Bukankah Allah tidak suka jika hambanya menyia-nyiakan waktu? Hari ini haruslah lebih baik dari hari kemarin."

Yang kedua, kita harus mengenali dan buat perencanaan setiap hari. Buat list jadwal kegiatan kita sehari-hari agar mudah mencari waktu yang cocok untuk menulis. Waktu untuk menulis ini memang harus diluangkan. Bukannya menunggu waktu luang.

Selanjutnya, harus dipaksa dan jangan ditunda! Poin ini yang aku garis bawahi. Karena kita atau bahkan aku sendiri masih sering banget menunda-nunda pekerjaan kecil. Dan itu bakal ngaruh sama pekerjaan lainnya juga, kan. Agak sulit memang, tapi itu tadi, kebiasaan baik memang harus dipaksa.

Yang terakhir, selalu tumbuhkan rasa cinta untuk ngeblog. Kalau udah cinta, apapun juga bakal dilakuin deh.

"Apa-apa itu harus cinta dulu nanti kalau sudah cinta pasti mau berjuang, rela berkorban dan pantang menyerah apapun kondisinya."

 

Harapan dan Cita-cita Diana Shinta


Saat aku tanyakan tentang apa sih harapan dan cita-citanya saat ini, Dek Shinta menjawab dengan lugas dan simple, dia ingin segera menyelesaikan kuliah dan wisuda. Selain itu dia berharap bisa segera mengkhatamkan hafalan Qurannya. Tentunya agar bisa membanggakan kedua orang tuanya dunia dan akhirat. Masya Allah.

Pertanyaan terakhir aku di sesi wawancara melalui Whatsapp, gimana tanggapan Dek Shinta tentang pemuda sebagai agent of change. Bagi seorang Diana Shinta, pemuda sebagai agen perubahan itu adalah pemuda yang dalam setiap perubahan jamannya, mampu menyikapinya dengan hal-hal yang progresif atau produktif.

Nggak cuma terpaku dan terlena akan kemudahan teknologi mungkin ya maksudnya. Tapi harus bisa menyeimbangkannya dengan produktif. Contoh yang Dek Shinta kasih tuh kayak kemudahan teknologi smartphone sekarang. Harus bisa diimbangi dengan menghasilkan sesuatu yang produktif kayak karya tulis.

The Last Thing


Nah, itu tadi sekilas profil dari Dek Shinta yang membuat aku terkesan. Dari sekilas wawancara kami, aku belajar dari seorang mahasiswi dan santri yang meniatkan diri berdakwah melalui tulisan, untuk tidak lagi menyia-nyiakan waktu sehat.

Karena kalau nikmat sehat itu diambil sama Allah, kita bakal menyesal nggak segera mengerjakannya dari tadi. Kebanyakan nunda-nunda, sih. Bayangin kalau kamu mati, sementara kamu sudah menunda-nunda sholatmu. Naudzubillah. Semoga kita semua dihindarkan dari rasa malas dalam beribadah, ya. Aamiin.

Bisa aku simpulkan, bahwa Dek Shinta ini termasuk salah satu pemuda, agent of change, yang mampu melawan rasa malasnya. Memaksakan diri untuk terus bergerak maju dan produktif tanpa harus menunda-nunda pekerjaan, bahkan sekecil apa pun itu.

Balik lagi, niat insun dipekso. Mari kita niatkan untuk memaksa diri menjadi lebih baik lagi. Kayak yang Diana Shinta bilang, harus dipaksa dan jangan ditunda!
Bukannya dengan dipaksa akan menjadi terbiasa nantinya?

halodwyta
Halo, aku Dewi Yulia. Suka jalan-jalan, sambil review makanan dan tempat-tempat seru lainnya.

Related Posts

20 comments

  1. MasyaAllah, mulia sekali tujuaj ngeblognya mbak Shinta. Sekaligus berat juga. Semoga dimudahkan hafalan dan studinya yaa...

    ReplyDelete
  2. Sampai saat ini bagiku istiqamah menulis cukup berat. Apalagi, menghafal
    Al Qur'an, tambah beratnya bertubi-tubi. Semoga dimudahan jalan dakwahnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Benar, mba. Buat konsisten nulis aja masih ketar-ketir.

      Delete
  3. Memang udah bukan rahasia lagi, MasyaAllah generasi digital model yang begini emang diacungi jempol, saya yang jadi malu melulu mengurusi urusan dunia, semoga kita selalu istiqomah ya bu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Jadi pengingat dan penyemangat buat kita juga ya, mba

      Delete
  4. Masya Allah seorang blogger yg juga penghafal Alquran. Di zaman yg sudah canggih seperti skrng, masih tetap Istiqomah menjaga keilmuannya. Salut bgt. Dan bener bgt jangan nunda! Ini nih yg paling susah, nunda-nunda terus. Ntar besok-ntar besok lama-lama malah gak sama sekali huhu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masyaallah.. Iya, Kebanyakan nunda lama-lama ambyar. Duh..

      Delete
  5. Adik tingkat nih hehe. But, dari segi keilmuan boleh jadi lebih di atasku.

    Btw, sudut itu bisa berupa pojokan kan ya. Jadi kali ini kita lagi mojok hehe udah kaya apaan wkwk. Eh gapapa deng, kan healing kalau mojoknya sama yang klopmah~

    ReplyDelete
  6. Alasan ngeblognya keren banget. Semoga segera terwujud harapannya. Segera wisuda dan tetap berdakwah melalui blog.

    ReplyDelete
  7. Masyaallah, jadi malu sendiri. Dulu seumur Dek Sinta aku ngapain aja? Huhu..
    Barakallah ya dek, atas ilmu dan niat mulianya. Keren ihh. Makasih juga mba Dewi sudah berbagi inspirasi 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebagai pewawancara aku jg merasa minder, mba. Tp Insyaallah bs jadi penyemangat buat kt juga, ya

      Delete
  8. makjleb untuk aku yang sering menunda-nunda huhuhuw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk semangat yuk, kita paksa diri utk jadi lebih baik lg

      Delete
  9. Mbak Dewi kayak wawancara adiknya sendiri ya?hoho.

    Mantep euy sama semangat menghafalnya dek Shinta. Nggak kebayang kuliah sambi ngafal quran, sambi ngeblog..pasti diniatkan banget :D

    ReplyDelete
  10. Suka mennda-nunda emang susah banget diilangin, kalau mau jadi agent of change emang sifat malas harus diilangin

    ReplyDelete

Post a Comment